Jagalah Lisan Kalian Terhadap Kaum Muslimin (22 Dzulhijjah 10 Hijriah)

 

Hari ini adalah hari Kamis. Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam), yang berangkat dari Muarras di pagi hari, mengucapkan takbir tiga kali di bukit tempat beliau melihat kota Madinah.[1] Seolah-olah beliau sedang mengalami pertemuan yang membuatnya mampu melupakan pahitnya perpisahan dengan Ka’bah, lantas beliau pun bersabda:

Tidak ada Tuhan selain Allah; Dan tiada sekutu bagiNya! Milik-Nya segala kekuasaan; Dan milik-Nya juga segala pujian! Dan Dialah Sang Mahakuasa. Kepada-Nya kita semua kembali, Kepada-Nya kita bertobat, Kepada-Nya kita menyembah, dan hanya kepada-Nya lah kita memuji! Allah selalu benar atas segala janji-Nya; Allah selalu membantu hamba-Nya dan Allah sendiri akan menghancurkan semua musuh-Nya.[2]

Begitu masuk ke kota Madinah, pekerjaan pertama beliau adalah pergi ke Masjid; lantas beliau pun membuat untanya berlutut di depan masjid, kemudian masuk ke dalamnya.[3] Di waktu yang sama, para Sahabat pun ikut memasuki masjid bersamanya. Ini juga menandai akhir dari ibadah Haji yang lamanya mencapai 27 hari. Ada rasa tenang dalam pendiriannya, seolah sebuah tanggung jawab besar, sebuah beban berat telah terangkat darinya. Setelah shalat dua rakaat, beliau naik ke mimbarnya dan mengingatkan para sahabatnya tentang beberapa hal. Beliau berbicara layaknya sedang menginstruksikan sebuah peta jalan yang harus diikuti oleh umatnya:

Wahai Orang-orang! Abu Bakar tidak pernah memperlakukan saya dengan buruk; sadarilah poin terkait dengannya ini!

Wahai Orang-orang! Aku telah ridho terhadap Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’d, Abdurrahman bin Auf serta para Muhajir generasi pertama; ketahuilah hal terkait mereka ini!

Wahai orang-orang! Allah telah mengampuni ahli Badar dan Hudaibiyah!

Wahai orang-orang! Lindungi dan penuhi hak-hakku terhadap para sahabatku, kerabat istri-istriku dan menantuku. Hati-hati, ketahuilah bahwa Allah akan menghisab kalian akibat kezaliman terhadap salah satu dari mereka!

Wahai orang-orang! Jagalah lisanmu terhadap orang-orang muslim; dan ketika salah satu dari mereka meninggal, maka bicarakan hal-hal yang baik tentangnya!”[4]

Setelah mengingatkan para sahabat tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dari mimbar, lantas keluar dari masjid. Tepat tatkala beliau akan memasuki kamarnya untuk beristirahat, tiba-tiba seseorang mendekatinya, dan nampaknya orang tersebut memandang sedikit aneh pada pilihan Nabi. Dari tatapannya, ia seolah-olah berkata, “Mengapa Rasulullah tidak melakukannya yang lebih baik;  Beliau malah memasuki rumahnya melalui pintunya!”.

Sebab, pada masa jahiliyah, orang-orang biasa memasuki rumahnya dari belakang ketika pulang dari haji dan meyakini bahwa ini adalah perbuatan yang lebih baik.

Menyadari situasi tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari atasnya, tetapi kebajikan adalah (kebajikan) yang ditunjukkan oleh orang yang bertakwa. Maka masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya!”[5] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkannya dengan membaca ayat di atas lantas beliau pun memasuki kamarnya penuh berkahnya untuk beristirahat.[6]

 

Secara lahiriyah, kehidupan di Madinah tampaknya telah kembali seperti semula sejak hari Jumat, 23 Dzulhijjah; tapi ada sesuatu berbeda yang dirasakan oleh semua orang! Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mempercayakan amanahnya kepada para sahabatnya, sedang mempersiapkan sebuah perjalanan baru!

 

Referensi:

 

 

 

 

[1] Imam Bukhari, Hajj 15

[2] Bukhari, Umrah 12; Muslim, Hajj 76; Ahmad b. Hanbal, Musnad 8/260; 10/440; Waqidi, Maghazi 731.

[3] Abu Daud, Jihad 166; Ahmad bin Hanbal, Musnad  10/281

[4] Ibnul Asir, Usdul Ghabah 2/581; Ibnu Asakir, at-Tarikh 21/81; Ibnu Ghani, Mu’jamus Shahabah 1/271

[5]Surah Al-Baqarah :189

[6] Abu Daud, Jihad 166; Ahmad bin Hanbal, Musnad 10/281

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *