Saat mengitari Ka’bah tidak disunahkan untuk memberi istilam (melambaikan tangan dari jauh ke arah ka’bah atau mengusapnya dari dekat) di semua sudutnya. Rasulullahlah yang menjadi teladan untuk mengetahui sudut mana dari ka’bah yang disunahkan untuk beristilam atapun tidak saat tawaf. Jika kita menelisik apa yang telah dilakukan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka akan kita temukan bahwa beliau hanya beristilam kepada dua sudut Ka’bah saja: Rukun Yamani dan Rukun Hajar Aswad.
Rukun Yamani adalah nama untuk bagian sudut ka’bah yang mengarah ke negeri Yaman. Abdullah bin Umar mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setiap mengitari Ka’bah tidak pernah meninggalkan istilam pada Rukun Yamani dan Rukun Hajar Aswad”.[1] Mengenai hal ini, Abdullah bin Umar juga menjelaskan kepada kita apa yang senantiasa beliau amalkan, ”Sejak aku melihat baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan istilam kepada dua Rukun Yamani, aku tidak pernah meninggalkan hal itu lagi, baik di kala Ka’bah ramai ataupun lengang.”
Walaupun kita menemui sebagian riwayat dari sahabat yang menyatakan bahwa semua sudut ka’bah juga disyariatkan untuk istilam, dapat dipahami bahwa pernyataan tersebut adalah hasil ijtihad dan amalan personal dari sebagian sahabat, diluar dari hukum umum yang telah disebutkan di atas.
Imam abu Tufail menjelaskan, “Pada suatu hari aku membersamai Abdullah bin Abbas dan Muawiyah bin Abi Sufyan saat bertawaf. Muawiyah memberi istilam kepada semua sudut Ka’bah setiap melewatinya. Ibnu Abbas radiyallahu ’anhu pun berkata padanya: “Rasulullah tidak memberi istilam kecuali hanya kepada Rukun Hajar Aswad dan Rukun Yamani saja.” Muawiyah menjawab: Tidak ada bagian dari Ka’bah yang patut disepelekan. Demikian juga dengan Abdullah bin Zubair, beliau memberi istilam kepada semua sudut Ka’bah”.[2]
Adapun penyebab Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi istilam kepada dua sisi ka’bah ini dan tidak melakukannya pada dua sisi lainnya, sebagaimana yang disampaikan Ibnu Umar radiyallahu ‘anhu, karena kedua sudut Ka’bah yang tidak beliau beri istilam dibangun di atas pondasi yang tidak sesuai dengan pondasi yang didirikan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dahulu.
Ketika perkataan Ummul Mukminin Aisyah radiyallahu ‘anha -Sebagian dari Hijir Ismail itu bukanlah bagian dari Ka’bah- sampai ke telinga Ibnu Umar, Ia pun berkata,”Demi Allah, seandainya benar Aisyah mendengar hal ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menurutku baginda Nabi meninggalkan istilam kepada selain Rukun Yamani dan Rukun Hajar Aswad dikarenakan keduanya bukan sudut Ka’bah yang sesuai dengan apa yang dibangun oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam. Oleh sebab itulah, umat Islam saat tawaf, mengitari Ka’bah dari bagian luar Hijir Ismail“.[3] Dengan demikian, dikarenakan Rukun Yamani dan Rukun Hajar Aswad ini dibangun sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dahulu maka ia disyariatkan untuk diberi takzim.
Adapun mengenai keutamaan rukun Yamani, Humeid bin Abi Sawiya menjelaskan kejadian berikut ini: Saat Atha bin Rabah mengitari ka’bah, Ibnu Hisyam bertanya padanya dan aku pun menyaksikan Atha bin Rabah langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ibnu Hisyam bertanya, “Maukah kamu memberi tahuku tentang keutamaan Rukun Yamani? Atha bin Rabah pun menjawab, “Berdasarkan Riwayat dari Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Rukun Yamani ini dikelilingi oleh tujuh puluh ribu malaikat, siapa saja yang berdoa di sampingnya dengan mengucapkan Ya Allah, aku mengharap ampunan dan afiyahmu di dunia dan akhirat. Duhai Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan akhirat serta lindungi kami dari azab neraka jahanam, maka para malaikat akan mengamini doa tersebut”.[4]
Kedua sudut kabah ini juga dikenal dengan sebutan Yamaniyan (Dua Rukun Yamani). Penyebutan lain dari Rukun Yamani yang juga sama dengan sebutan Rukun Hajar Aswad ini cukuplah sebagai isyarat akan besarnya keutamaan yang dimiliki Rukun Yamani. Adapun Rukun Hajar Aswad memiliki dua keutamaan. Pertama, pada rukun ini terdapat batu mulia, hajar aswad. Kedua, sudut ka’bah ini dibangun sesuai dengan pondasi yang didirikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam sebelumnya. Adapun Rukun Yamani, keutamaannya hanya karena dibangun sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim ‘alaihi salam saja. Dikarenakan Rukun Hajar Aswad memiliki dua keutamaan maka ia lebih dimuliakan dan umat Islam berlomba-lomba memberi istilam dan menciumnya. Adapun Rukun Yamani biasanya mereka cukup memberi istilam saja.
Dua sudut ka’bah lainnya bernama Rukun Iraqi dan Rukun Syami, yaitu rukun yang bersebelahan dengan Rukun Hajar Aswad. Kedua sudut ini dibangun tidak sesuai dengan pondasi yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam sehingga ia bukanlah di posisi yang sebelumnya ada.
Selain memberi istilam kepada Rukun Yamani, pada sudut ka’bah ini juga disunahkan untuk disentuh atau diusap. Bagi siapa yang mengusapnya akan diberikan pahala serta dapat menggugurkan dosa-dosanya. Ubaid bin umair mengatakan,” Saat Ibnu Umar Ra melewati dua Rukun Yamani, ia mendekat dan mendekapnya”. Ubaid bin Umair bertanya sambil terheran, “Wahai Abu Abdurrahman, aku belum pernah melihat Sahabat Nabi lainnya mendekap erat kedua rukun tersebut, apa sebabnya engkau melakukan hal itu?” Ibnu Umar menjawab, “Aku melakukannya karena aku pernah mendengar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Mengusap-usap kedua Rukun Yamani dapat menghapuskan dosa-dosa”.[5]
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa Rukun Yamani adalah bagian dari Syiar Islam. Walau tidak di setiap kesempatan, Rasulullah terkadang mengusap kedua rukun tersebut dan terkadang menciumnya.
Penulis: Dr. Selim Koç
Referensi:
[1] Abu Dâwud, Manâsik 48; Imam Nasai, Haji 156
[2] HR Bukharî, Haji 59; Muslim, Haji 247; Tirmizî, Haji 35
[3] HR Abu Dâwud, Manâsik 48
[4] HR İbnu Majah, Manâsik 32
[5] HR Tirmizî, Haji 111; Nasâî, Haji 134